Tersesat di Dunia Cermin
Di suatu
hari yang cerah, aku dan keluargaku bertamasya ke Wahana Bahari Lamongan. Aku sudah tidak sabar untuk bermain
sepuasnya disana. “bu, kapan kita sampai?” tanyaku kepada ibuku. “sebentar lagi akan sampai,lif,” jawab ibuku.
Meskipun ibu telah bilang seperti itu, aku tetap tidak sabar.
Setelah
sampai dan membeli tiket, aku langsung pergi meninggalkan gerombolan
keluargaku. Namun ketika ku baru melangkah kan 1 kaki, ibuku berpesan kepadaku.
“nanti pukul 12 kita bertemu di Resto Mania ya! Oh iya, kamu bareng Kak
Iskandar ya, untuk jaga – jaga bila ada sesuatu,” “baik bu! Kak, ayo cepat.
Nanti waktunya habis.” Seruku, “ iya, tunggu sebentar ya lif,” jawab kakakku.
Setelah
beberapa saat, aku melihat Rumah Kaca, salah satu wahana di WBL. Aku langsung
mengajak kakakku untuk masuk ke Rumah Kaca. Di dalam antrian, kami berbincang
bincang sejenak. “kak, bagaimana kalau kita balapan? Yang lebih cepat keluar
adalah pemenangnya,” kataku. Kakak menjawab ”kalau hanya seperti itu kurang
menantang lif. Bagaimana kalau kita bertaruh? Yang kalah menraktir yang
menang?” “OK kak. Kita sepakat,” jawabku sambil bersalaman, menunjukkan bahwa
kita sepakat. Aku semakin yakin kalau aku yang menang ketika aku masuk lebih
dulu dari kakak. Anehnya, Kak Iskandar hanya tersenyum ketika aku melambai
kepadanya.
Aku
mulai berpetualang di “dunia cermin”
ini. Namun setelah kurang lebih 15
menit, aku mulai gelisah. Aku mulai
berpikir kalau aku tersesat. Aku berkata dalam hati “benarkah aku tersesat di rumah yang
kecil ini? Ah sial ” Lalu, kucoba untuk
mencari Kak Iskandar. Namun tak kunjung
ku temukan.”sepertinya kakak sudah keluar nih.” Pikirku. Kucoba untuk mengikuti
orang lain, namun mereka juga tersesat sepertiku. “sial! Mengapa aku harus
kalah dengan kakak ku?” gumamku.
Setelah
beberapa saat handphone ku berbunyi. Kulihat layar kecilnya tertulis “Kak
Iskandar” aku berpikir sejenak. Dia pasti akan mengejekku. Lalu ku angkat
telpon itu.
“halo,
Alif. Dimana kamu sekarang? Kok belum keluar?”buka kakakku. “halo, kak. Aku
masih didalam nih. Jalannya ga kelihatan” balasku. “hahaha. Ya iyalah Lif! Kamu
ini ada – ada saja. Cermin kan memantulkan bayangan kita.” Ejek kakakku. “tuh
kan. Bener dia mengejekku” pikirku. “OK, sekarang kamu ikuti saran kakak ya”
kata kakakku.
Setelah
berjalan mengikuti saran kakakku, akhirnya aku menemukan jalan keluarnya.
Sesampainya diluar, aku langsung diejek lagi oleh kakak ku. “gitu aja lama
sekali kamu Lif.” saat itu juga aku tersadar “waduh aku lupa. Kakak kan pernah
kesini. Wah kakak curang nih!” seruku.
“hahaha.
Tapi janji tetaplah janji Lif” jawab kakakku.
“enggak
ah, kakak curang. Aku tidak mau menraktir kakak” jawabku
“tapi
kamu telah buat aku menunggu disini selama 30 menit”kata kakakku
“tapi...”
“tapi...”
Aku
tahu aku selalu kalah ketika bersilat lidah dengan kakakku. Setelah berdebat,
kami berdua langsung mencari penjual makanan terdekat. Setelah menemukan salah
satu penjual, kami langsung kesana dan memesan 2 porsi. Tentu saja aku yang
membayar. Setelah makan kami langsung melanjutkan petualangan di WBL hingga
waktu yang ditentukan ibu.
Komentar